Prologue
Hanya tinggal beberapa jam, aku masih belum bisa menenangkan laju pikirku. Begitu cepat sehingga hatiku pun ikut berdegup tak beraturan. Beberapa kali aku meminta seseorang untuk mengambilkanku segelas air putih, berharap dengan meminumnya ketenangan pikiran dan hati segera menguasai. Tiba-tiba ingatanku terlempar jauh bertahun-tahun dari hari ini.
Flashback
It Happens Reasonable.
Takdir berjalan misterius. Sama seperti ketidaksengajaan pertemuan kita yang nyatanya adalah kesengajaan dari Nya. Bahwa apa yang kita lakukan merupakan ketetapan-Nya. Dan kita adalah wujud ke(tidak)sengajaan itu.
Ketika kita dipertemukan dengan orang-orang yang kita temui sekarang ataupun pernah kita temui, dengan permasalahan yang sedang ataupun telah kita hadapi, semua itu ada hikmahnya. Semua ada pelajaran di dalamnya. seberapa banyak pelajarannya itu tergantung dari seberapa dalam kita bisa memahaminya dari setiap celah yang ada. Dan setiap pertemuan memiliki hikmahnya masing-masing. Tahu kan kalau orang-orang yang memiliki tujuan yang sama akan dipertemukan di perjalanan ? Dan yang tahu itu kenapa diri kita sendiri, atau bisa jadi masih menjadi misteri. Itu kenapa Allah selalu bilang segala sesuatu pasti ada hikmahnya untuk kita petik, bagi kita orang-orang yang mau berpikir. Hikmah dan pelajaran itu bentuknya macem-macem. Tinggal kita ingin menyikapinya dengan sabar dan syukur atau dengan kufur.
Dan aku jadi mengerti maksud ke(tidak)sengajaan pertemuan kita waktu itu. Berada di emperan yang sama dan tidak saling kenal. Tapi menghindari hal yang sama dan menunggu hal yang juga sama, hujan reda. Kita tidak saling mengenal. Aku datang dari mana dan kamu entah dari mana. Tapi kemudian pulang kehujanan. Tiba-tiba, tanpa permisi, tanpa ada tanda-tanda, tanpa ada persiapan. Aku menjadi tahu sejak saat itu bahwa entah apa jadinya kalau hujan tidak jatuh sore itu, dan kita tidak dipertemukan kemudian di satu komunitas yang sama.
Jawaban atas takdir dan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita memang seringnya hadir belakangan. Butuh beberapa waktu bahkan beberapa tahun. Dan kuncinya adalah sabar.
Dan jawaban dari kesabaranku adalah hari ini. Hikmah dari ke(tidak)sengajaan sore itu adalah hari ini. Sekarang aku lebih tenang. Aku siap untuk menjabat tangan ayahmu dan mengucap kata “qobiltu”.